Masa Muda Yang Sepi.

Septiani Ewiantika
3 min readMay 27, 2022

--

Random Shot

“Akan ada hari-hari biasa yang akan membuatmu merasa kesepian, lalu akan ada hari dimana kamu berada di tengah keramaian yang membuatmu penuh lalu esoknya merasa sepi kembali.”

Ada beberapa fase dalam hidup yang akan kita lalui. Masa kecil, masa muda, dan masa tua. Semuanya mempunyai porsi masing-masing. Akan tetapi, mari kita bahas tentang masa muda yang (mungkin) banyak orang berada pada fase tersebut.

Kalau di pikir-pikir, masa muda ibarat moment dimana kita merasa berjaya, mampu bermimpi lalu berkesempatan mewujudkannya, memiliki banyak pengetahuan dan tentu “dipaksa” mengetahui update terkini dan juga multi tasking. Masa muda dipenuhi banyak hal yang membuat kita sibuk.

Tapi entah kenapa, masa muda terasa sangat sepi tanpa alasan tertentu.

Apakah kita yang merasa ataupun pernah berada pada fase tersebut seringkali membicarakannya? Apakah kita bisa dengan gamblangnya mengangkat topik tersebut ketika berkumpul bersama teman-teman kita? Tidak mudah dan mungkin tidak akan bisa.

Photo by Chris Ainsworth on Unsplash

Untuk saya pribadi ketika berkumpul dengan seorang teman, kita bahkan tidak pernah membahas betapa masa muda ini terasa sangat sepi. Semuanya terasa tidak penting untuk di bahas. Mungkin secara tidak langsung, kita paham bahwa kesepian adalah salah satu fase yang memang harus ada dalam hidup.

Malahan, saya kadang denial dan tidak ingin orang mengetahui kalau saya ini kesepian. Meski sedang menjalani hari yang hectic pun saya menemukan diri saya merasa kesepian. Bercengkrama dengan teman pun kadang saya dihinggapi rasa kesepian.

Rasanya ada yang kurang, ada yang tidak pas, ada yang mengusik, ada yang salah. We have no idea.

Jadi bagaimana bisa kita membahas hal tersebut dengan orang lain jika rasa kesepian itu sulit untuk diutarakan?

Kendati demikian, dengan tidak membicarakannya apakah semuanya terasa baik-baik saja?

Mungkin saja tidak baik akan tetapi life must go on, right?

Kadangkala saya berfikir, jika masa muda yang sekarang saya jalani cukup membuat saya tersadar betapa seringnya rasa sepi ini menghampiri, bagaimana dengan nanti jika bertambah tua?

Menjadi tua memang menyedihkan. Kita satu persatu saling meninggalkan dan ditinggalkan. Menjadi tua berarti kita siap menghadapi kehilangan, bersiap mengandalkan diri sendiri, bersiap berada di suatu rumah ditemani rasa sepi.

Tapi, tahukah kalian hal-hal yang lebih menyakiti hatiku selain rasa kesepian? Melihat orang tua yang sedang menjalani masa tua nya dan ditinggalkan. Melihat orang tua yang lebih butuh banyak bantuan karena berbagai keterbatasan akan tetapi harus tetap tangguh melakukan berbagai macam aktivitas. Orang tua, yang pada akhirnya akan saling bergantung kepada Suami maupun Istrinya ketika sang anak satu-per-satu memulai kehidupan nya dengan keluarga kecilnya sendiri. Orang tua, yang dimana ketika sang Suami ataupun Istri lebih duluan dipanggil Yang Maha Kuasa, akan kembali melanjutkan hidup sendiri setelah bertahun lamanya merasakan hidup berdua, bertahan bersama.

Sungguh meski sering merasa sepi, saya tidak masalah karena sudah terbiasa. Tapi kembali merasakan sepi ketika sudah terbiasa hidup bersama orang lain?

Photo by Noah Silliman on Unsplash

Bahkan jika hari-hari terasa hambar, melelahkan, dan juga sepi

lalu diikuti oleh hari hambar, melelahkan, dan sepi lainnya

Hidup masih layak untuk dijalani.

  • Mark Trees, May 2022.

--

--

Septiani Ewiantika
Septiani Ewiantika

No responses yet